Assalamualaikum wr, wb.
Mungkin dewasa in kita sering mendengar kata konspirasi
dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam perbincangan ringan kita
sehari-hari sampai kepembahasan yang lebih serius. Seperti dalam forum-forum
tertentu. Contoh seperti adanya sebuah teori yang menyatakan bahwa bumi ini
berbentuk datar atau yang bisa kita kenal dengan teori bumi datar (dalam bahasa
inggris, flat earth teory ). Untuk pembahasan
khusus mengenai flat earth ini insyaallah
akan saya paparkan khusus dalam kesempatan selanjutnya.
Sebenarnya apa itu konspirasi? Sejak kapan konspirasi itu
ada dan menjadi penting untuk kita bahas? Bukankah konspirasi hanya sebuah
teori dan bahkan bukankah “istilah”
itu berasal dari sebuah karya tulis ilmiayah modern yang belum ada pembuktian
pasti terhadap teori tsb?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan tadi alangkah baiknya
jika kita cari tahu dahulu apa itu konspirasi dan sejak kapan sebenarnya
istilah konspirasi mulai kita kenal.
Teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori yang berusaha menjelaskan bahwa
penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa pada umumnya seperti
peristiwa politik, sosial, atau sejarah adalah suatu rahasia atau penyembunyian
fakta publik, yang dirangkai sedemikian rupa dan seringkali memperdaya,
direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia atau organisasi atau orang-orang
yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Teori
konspirasi mengakui peristiwa-peristiwa yang penting dalam sejarah telah
dikuasai oleh komplotan yang menggerakkan kejadian politis dari belakang layar.
Catatan pertama yang menggunakan frase "teori
konspirasi" merujuk pada sebuah artikel ekonomi pada tahun 1920, tetapi
baru pada tahun 1960 istilah itu termasuk pemakaian populer. Istilah itu
termasuk dalam lampiran pada Kamus Bahasa Inggris Oxford pada akhir 1997.
Karena teori konspirasi kekurangan bukti matang, pada
akhirnya banyak orang yang tidak menganggapnya serius pada masa itu. Ini
memunculkan banyak pertanyaan dari mekanisme yang mungkin terjadi dalam kultur
populer yang mendorong ke arah penemuan mereka tentang teori ini. Dalam
pencarian jawaban untuk pertanyaan tersebut, teori konspirasi telah menjadi
suatu topik perhatian para sosiolog, psikolog dan para ahli perspektif paling
tidak sejak tahun 1960, contohnya ketika pembantaian Presiden AS John F.
Kennedy yang pada akhirnya memprovokasi suatu reaksi publik yang belum pernah
terjadi sebelumnya untuk melawan para pejabat.
Istilah "teori konspirasi" pada mulanya digunakan
oleh sarjana tendensi dan dalam kultur populer untuk mengidentifikasi suatu
cerita-cerita yang serupa pada suatu legenda kota, terutama penjelasan naratif
yang terkonstruksi tetapi kekurangan fakta-fakta secara metodologi. Dunia
memandang bahwa pusat penempatan teori konspirasi dalam bentangan sejarah
diistilahkan sebagai konspirasisme.
Istilah konspirasisme kemudian dipopulerkan oleh akademisi
Frank P. Mintz pada tahun 1980. Para akademisi menguraikan teori konspirasi dan
konspirasisme saat ini sebagai sebuah susunan hipotesis yang memiliki dasar
gaya pemikiran.
Pada kenyataannya, penganut teori ini pun terbelah dalam dua
kubu utama. Kelompok pertama adalah mereka yang hanya percaya bahwa segala hal
mungkin terjadi apabila ada dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data
ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata,
sejarah yang memang ada dan bukan mitos, dan sebagainya. Kelompok kedua adalah
mereka yang percaya tanpa syarat alias mereka yang menganggap apapun yang
terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, yang acapkali menghubungkan dengan
mitos, legenda, supranatural, dan sebagainya.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa Istilah "teori
konspirasi" mungkin adalah suatu pendeskripsian netral untuk pengakuan
konspirasi manapun. Berkonspirasi berarti "bergabung dalam suatu
perjanjian rahasia untuk melakukan suatu tindakan yang tidak adil atau kegiatan
tidak sah atau untuk menggunakan cara demikian dengan penyelesaian secara
hukum. Bagaimanapun, komplotan teori juga digunakan untuk menandai adanya suatu
gaya naratif yang meliputi suatu pemotongan argumen yang luas ( tidak harus
terkait ) atas keberadaan konspirasi yang besar, di manapun yang mungkin
mempunyai jangkauan sosial luas dan implikasi politis.
Ya atau tidaknya adanya dugaan tentang bukti-bukti
konspirasi, mungkin adalah keseimbangan atau kenetralan penamaan sebuah teori
konspirasi, subjek dari beberapa kontroversi. Teori konspirasi telah menjadi
suatu istilah politis yang sangat tinggi, dan kritik yang luas para ahli teori
komplotan dari akademisi, politikus, psikolog, dan media yang dengan tajam
menguraikan kiri-kanan batas politik.
Dengan demikian konspirasi yang disandarkan kepada akar asal
usulnya adalah merupakan sebuah teori persepektif dari serangkaian peristiwa-peristiwa
penting yang dimana peristiwa-peristiwa itu nyata dan terjadi, namun masih menyisakan
misteri yang masih belum bisa dipecahkan yang disertai atau tidaknya
pembuktian-pembuktian.
Sebagai manusia yang berakal budi kita sebaiknya dalam
menyikapi konspirasi yang muncul dewasa ini selayaknya mampu menterjemah esensi
atau asumi pesan yang ada didalamnya. Juga pentingnya melakukan riset dan
observasi data dahulu agar tidak terjadi distorsi informasi yang mengakibatkan
disorientasi atas kejadian atau fakta yang sebenarnya.
Allahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar