Rabu, 19 Oktober 2016

Teori Konspirasi Dan Bangkitnya Kesadaran


Assalamualaikum wr, wb.

Mungkin dewasa in kita sering mendengar kata konspirasi dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam perbincangan ringan kita sehari-hari sampai kepembahasan yang lebih serius. Seperti dalam forum-forum tertentu. Contoh seperti adanya sebuah teori yang menyatakan bahwa bumi ini berbentuk datar atau yang bisa kita kenal dengan teori bumi datar (dalam bahasa inggris, flat earth teory ). Untuk pembahasan khusus mengenai flat earth ini insyaallah akan saya paparkan khusus dalam kesempatan selanjutnya.

Sebenarnya apa itu konspirasi? Sejak kapan konspirasi itu ada dan menjadi penting untuk kita bahas? Bukankah konspirasi hanya sebuah teori dan bahkan bukankah “istilah” itu berasal dari sebuah karya tulis ilmiayah modern yang belum ada pembuktian pasti terhadap teori tsb?

Untuk menjawab beberapa pertanyaan tadi alangkah baiknya jika kita cari tahu dahulu apa itu konspirasi dan sejak kapan sebenarnya istilah konspirasi mulai kita kenal.

Teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa pada umumnya seperti peristiwa politik, sosial, atau sejarah adalah suatu rahasia atau penyembunyian fakta publik, yang dirangkai sedemikian rupa dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia atau organisasi atau orang-orang  yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Teori konspirasi mengakui peristiwa-peristiwa yang penting dalam sejarah telah dikuasai oleh komplotan yang menggerakkan kejadian politis dari belakang layar.

Catatan pertama yang menggunakan frase "teori konspirasi" merujuk pada sebuah artikel ekonomi pada tahun 1920, tetapi baru pada tahun 1960 istilah itu termasuk pemakaian populer. Istilah itu termasuk dalam lampiran pada Kamus Bahasa Inggris Oxford pada akhir 1997.

Karena teori konspirasi kekurangan bukti matang, pada akhirnya banyak orang yang tidak menganggapnya serius pada masa itu. Ini memunculkan banyak pertanyaan dari mekanisme yang mungkin terjadi dalam kultur populer yang mendorong ke arah penemuan mereka tentang teori ini. Dalam pencarian jawaban untuk pertanyaan tersebut, teori konspirasi telah menjadi suatu topik perhatian para sosiolog, psikolog dan para ahli perspektif paling tidak sejak tahun 1960, contohnya ketika pembantaian Presiden AS John F. Kennedy yang pada akhirnya memprovokasi suatu reaksi publik yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melawan para pejabat.

Istilah "teori konspirasi" pada mulanya digunakan oleh sarjana tendensi dan dalam kultur populer untuk mengidentifikasi suatu cerita-cerita yang serupa pada suatu legenda kota, terutama penjelasan naratif yang terkonstruksi tetapi kekurangan fakta-fakta secara metodologi. Dunia memandang bahwa pusat penempatan teori konspirasi dalam bentangan sejarah diistilahkan sebagai konspirasisme.

Istilah konspirasisme kemudian dipopulerkan oleh akademisi Frank P. Mintz pada tahun 1980. Para akademisi menguraikan teori konspirasi dan konspirasisme saat ini sebagai sebuah susunan hipotesis yang memiliki dasar gaya pemikiran.

Pada kenyataannya, penganut teori ini pun terbelah dalam dua kubu utama. Kelompok pertama adalah mereka yang hanya percaya bahwa segala hal mungkin terjadi apabila ada dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat yang bisa diverifikasi kebenarannya, tokoh-tokoh yang nyata, sejarah yang memang ada dan bukan mitos, dan sebagainya. Kelompok kedua adalah mereka yang percaya tanpa syarat alias mereka yang menganggap apapun yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, yang acapkali menghubungkan dengan mitos, legenda, supranatural, dan sebagainya.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa Istilah "teori konspirasi" mungkin adalah suatu pendeskripsian netral untuk pengakuan konspirasi manapun. Berkonspirasi berarti "bergabung dalam suatu perjanjian rahasia untuk melakukan suatu tindakan yang tidak adil atau kegiatan tidak sah atau untuk menggunakan cara demikian dengan penyelesaian secara hukum. Bagaimanapun, komplotan teori juga digunakan untuk menandai adanya suatu gaya naratif yang meliputi suatu pemotongan argumen yang luas ( tidak harus terkait ) atas keberadaan konspirasi yang besar, di manapun yang mungkin mempunyai jangkauan sosial luas dan implikasi politis.

Ya atau tidaknya adanya dugaan tentang bukti-bukti konspirasi, mungkin adalah keseimbangan atau kenetralan penamaan sebuah teori konspirasi, subjek dari beberapa kontroversi. Teori konspirasi telah menjadi suatu istilah politis yang sangat tinggi, dan kritik yang luas para ahli teori komplotan dari akademisi, politikus, psikolog, dan media yang dengan tajam menguraikan kiri-kanan batas politik.

Dengan demikian konspirasi yang disandarkan kepada akar asal usulnya adalah merupakan sebuah teori persepektif dari serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang dimana peristiwa-peristiwa itu nyata dan terjadi, namun masih menyisakan misteri yang masih belum bisa dipecahkan yang disertai atau tidaknya pembuktian-pembuktian.

Sebagai manusia yang berakal budi kita sebaiknya dalam menyikapi konspirasi yang muncul dewasa ini selayaknya mampu menterjemah esensi atau asumi pesan yang ada didalamnya. Juga pentingnya melakukan riset dan observasi data dahulu agar tidak terjadi distorsi informasi yang mengakibatkan disorientasi atas kejadian atau fakta yang sebenarnya.

Allahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar